Medan Makna, Komponen Makna dan Kesesuaian Semantik dan Gramatis - Mininewspaper

Breaking News

Home Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Sabtu, 23 April 2016

Medan Makna, Komponen Makna dan Kesesuaian Semantik dan Gramatis



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
Secara garis besar elemen Bahasa terdiri dari dua macam, yakni elemen bentuk dan elemen makna, atau lebih ringkasnya disebut bentuk dan makna. Bentuk adalah bagian fisik tuturan. Bentuk dari tataran terendah sampai dengan tertinggi diwujudkan dengan bunyi, suku kata, morfem, kata, frasa, kalimat, paragraf, dan wacana. Sedangkan makna adalah konsep abstrak pengalaman manusia, tetapi bukanlah pengalaman pengalaman orang per orang. Secara kebahasaan bentuk merupakan wujud fisik tuturan, sedangkan makna merupakan wujud nonfisik tuturan. 
            Makna bahasa juga merupakan satu tataran linguistik. Semantik, dengan objeknya yakni makna, berada di seluruh atau di semua   tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis. oleh karena itu, penamaan tataran untuk semantik agak kurang tepat, sebab dia bukan satu tataran dalam arti unsur pembangun satuan lain yang lebih besar, melainkan merupakan unsur yang berada pada semua tataran itu, meskipun sifat kehadirannya pada tiap tataran itu tidak sama.
Hockett (1954) misalnya, salah seorang tokoh strukturalis menyatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem yang kompleks dari kebiasaan kebiasaan. Sistem bahasa ini terdiri dari lima subsistem, yaitu subsistem gramatika, subsistem fonologi, subsistem morfofonemik, subsistem semantik, dan subsistem fonetik. Subsistem gramatika, fonologi, dan morfofonemik bersifat sentral . Tak jarang diantara kita memaknai sebuah kata tanpa mengetahui apa medan makna dan komponen maknanya. Sebenarnya setiap kata mempunyai komponen makna yang berbeda meskipun kata tersebut nerupakan kata yang bersinonim. 

1.2. Rumusan Masalah           
Untuk mempermudah penyelesaian masalah diatas kami membuat beberapa rumusan masalah.
a. Apa yang dimaksud dengan medan makna     ?
b. Apa yang dimaksud dengan komponen makna?        
c.Bagaimana kesesuaian semantik dan gramatis ?

1.3.Tujuan Masalah
Adapun hal-hal yang ingin di capai dalam makalah ini adalah : 
a. Mengetahui yang dimaksud dengan medan makna.   
b. Mengetahui yang dimaksud dengan komponen makna.         
c.Mengetahui kesesuaian semantis dan gramatis.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Komponen Makna
Hakikat analisis komponen
Komponen makna atau komponen semantik (semantic feature, semantic property, atau semantic marker) mengajarkan bahwa setiap kata atau unsur leksikal terdiri dari satu atau beberapa unsur yang bersama-sama membentuk makna kata atau makna unsur leksikal tersebut. Analisis ini mengandaikan setiap unsur leksikal memiliki atau tidak memiliki suatu ciri yang membedakannya dengan unsur lain (Chaer, 2009:115 dalam pusatbahasaalazhar.wordpress.com)
Makna yang dimiliki oleh setiap kata itu terdiri dari sejumlah komponen (yang disebut komponen makna), yang membentuk keseluruhan makna kata itu. Komponen makna ini dapat dianalisis, dibutiri, atau disebutkan satu per satu, berdasarkan “pengertian-pengertian” yang dimilikinya.Dalam study fonologi bunyi-bunyi Bahasa, baik fon maupun fonem, dapat dianalisis atas komponen-komponen pembentuknya berdasarkan lalu lintas udara, kerja sama antar alat ucap, posisi tertentu pemroduksian bunyi. Misalnya, bunyi /b/ dan /p/, bunyi /u/. bunyi-bunyi dianalisis atas komponen pembentuknya sebagai berikut:
Text Box: /b/ kontoid stop bilabial bersuara
/p/ kontoid stop bilabial takbersuara
/i/ vokoid tinggi depan tak bundar
/u/ vokoid tinggi belakang bundar





Dengan analisis komponen pembentukan bunyi tersebut dapat dideteksi pertentangan yang terkecil antara bunyi-bunyi tersebut. Perbedaan antara fonem /b/ dan /p/ adalah bersuara dan takbersuara, perbedaan fonem /i/  dan /u/ adalah depan belakang, takbundar-bundar. Hakikat analisis komponen bunyi Bahasa bersifat semesta, berlaku untuk setiap bunyi Bahasa yang bersifat semesta pula.
Dalam study antropologi,para antropologi pun berusaha melakukan satu analisis komponen kata-kata yang menyatakan nasabah keluarga. Wallace dan atkins 1990 mendeskripsikan tiga komponen semantik tentang nasabah keluarga Amerika Serika: seks, generasi, dan garis hubungan.komponen seks dibedakan atas “jantan” dan “betina” atau “pria” dan “wanita”. Jika saya, father, son, grandson, uncle, brother, dan newpew”; seks betina/wanita adalah “gransmother, mother, daughter, granddaughter, aunt, sister, dan niece” (Dalam buku Parera 1990:89)
Generasi mempunyai lima komponen: dua generasi di atas ego (grandther,grandmother),satu generasi di atas ego (father,mother,uncle,aunt) satu generasi ego semdiri (ego, brother, sister),satu generasi di bawah ego (son,daughter, newpew,niece)dan dua generasi di bawah ego (grandson dan granddaughter).
Garis hubungan dibedakan atas tiga:garis hubungan langsung coloneal dan ablineal, misalnya “cousin”.
Di Indonesia kita dapat membaca istilah Klasifikasi Kekerabatan pada Orang Jawad an Sunda dalam Susunan Masyarakat oleh Drs.Ukun Surjam Penerbit Universitas 1960). Penelitian pakar antropolog tentang suku-suku di Indonesia banyak memuat analisis tentang garis, istilah, dan kelompok nasabah keluarga itu. Mereka menyebutkan secara verbal dan melukiskanya secara formalagar ditemukan pertentangan-pertentangan yang terkecil ataudistinktif.

Analisis Komponen Makna
Jika dalam analisis komponen fonem kita dapat mencirikan unsur pemroduksiannya,maka dalam analisis komponen makna kata kita pun ingin menemukan kandungan makna kata atau komposisi makna kata. Prosedur menemukan komposisi manka kata disebut pula dekomposisi kata. Untuk menemukan komposisi unsur-unsur kandungan makna kata, kita perlu mengikuti proses sebagai berikut:
1.         Pilihlah seperangkat kata yang secara intuitif kita perkirakan berhubungan.
2.         Temukanlah analogi-analogi di antara kata-kata yang seperangkat itu.
3.         Cirikanlah komponen semantic atau komposisi semantic atas dasar analogi-analogi tadi.

Pria : wanita :: putra : putri
 
Sebagai contoh biasanya dipilih perangkat  kata yang menunjukkan atau berhubungan dengan nasabah keluarga. Ambillah perangkat kata “pria,wanita,putra,putri”. Satu analogi yang dapat dibentuk dari perangkat ini tergambar seperti ini tergambar di bawah ini:

Analogi kedua yang menunjukkan perbedaan antara perangkat nasabah sejenis kelamin ialah kedewasaan. “Pria dan Wanita” secara intuitif adalah +dewasa sedangkan “putra dan putri” –dewasa. Hasil analisis komponen semantik kita akan berbentuk sebagai berikut


Pria                        Wanita                  Putra                     putri
+jantan                                -jantan                 +jantan                                -jantan
+dewasa              +dewasa              -dewasa               -dewasa
 
 





Dekomposisi semantik kata itu dapat dilanjutkan sampai dengan penemuan komponen makna yang terkecil yang membedakan dua kata atau lebih. Dengan komposisi di atas bersifat sederhana dan tradisional. Kita dapat menambahkan komponen “insani,bernyawa,terbatas”.





Manfaat Formal Analisis Komponen
Dapat digambarkan manfaat analisis komponen seperti di bawah ini.
1.         Analisis komponen semantik makna kata dapat memberi jawab mengapa beberapa kalimat benar, mengapa beberapa kalimat lain tidak benar dan mengapa beberapa kalimat bersifat anomali.
2.         Dengan analisis komponen makna kata, kita meramal hubungan antara makna. Hubungan antara makna dibedakan secara umum atas lima tipe yakni (1) kesinoniman (2) keantoniman (komtradiktoris dan kontrer) (3) keberbalikan (4) kehiponiman.
3.         Pakar semantic seperti Bierwisch (1970), Katz(1972), dan Leech (1974) telah mendesain satu system logika yang memungkinkan komponen semantic dipakai sebagai alat uji bahwa kalimat-kalimat (1) sampai dengan (3) bersifat analistis, (4) sampai dengan (6) bersifat kontradiktoris in terminis,dan kalimat (7) sampai dengan (9) bersifat anomaly. Jika kita mendengar kalimat (10) “sekretarisnya seorang pria” maka secara logis dengan dasar komponen/komposisi semantic kata “pria kita akan menyimpulkan bahwa sekretarisnya itu “dewasa” dan berseks “jantan”.

Analisis Komponen dan Medan Makna
Untuk bahasa Inggris telah dilakukan studi komponen/komposisi kata berdasarkan  medan makna. Kita dapat membedakan medan makna dalam bidang-bidang: nasabah keluarga, nama penyakit, nama tumbuhan nama warna, nama makanan, dan sebagainya. Analisis ini berguna sebagai bahan bandingan dalam bahasa lain. Di bawah ini diberikan beberaa studi yang telah dilakukan analisis komponen dari kelompok kata medan makna
Medan Makna
Contoh kata
Peneliti
Nasabah Keluarga
Mother, son, aunt, stepsister
Romney & d’Andrede (1964)
Wallace & Atkins (1960)
Goodenough (1965)
Kemasan
Pot, bottle, glass, tub,
Lehrer (1970)
Verbum Milik
get, find, keep, borrow
Bendix (1966), fillmore ((1969)
Verbum Gerak
Go, ride, lift, escape,
G. Miller (1972)
Verbum Masak
Boil, roast, sauté, poach
Lehrer 1969)
Verbum Nilai
Accuse, credit, praise, condemn
Fillmore (1971), Osgood (1970)
Istilah Jarak
Higt, down, front, shallow
Bierwisch (1967), Teller (1969), H. Clark (1973)
Istilah Waktu
Hour, after, next, often
Leech (1969)
Istilah Bising
Noise, din, loud, shrill
Lehrer (1974)

2.2  Medan Makna
Pandangan F.de Saussure
Pada awal analisis linguistik structural para linguis sangat dipengaruhi oleh psikolog asosiannitik mereka sendiri menyimpulkan hubungan diantara seperangkat kata. Misalnya, dengan data “baik, kebaikan, memperbaiki, pembaikan” atau “satu, satuan, penyatu, persatuan, penyatuan, bersatu, pemersatu” memberikan simpulan bahwa kata-kata itu mempunyai asosiasi makna yang antarsesamanya. Ferdinand de Saussure memberikan gambaran tentang hubungan asosiatif makna contoh kata enseignement. Konsep medan asosiatif dan menganalisisnya secara mendetail dan terinci. Ia melihat medan asosiatif sebagai satu lingkaran yang mengelilingi satu tanda dan muncul ke dalam lingkungan leksikalnya. Contoh: medan asosiatif ini terjadi dalam kerbau bahasa Indonesia. Dengan kata kerbau mungkin seseorang berpikir tentang kekuatan atau kebodohan. Jadi, medan makana adalah satu jaringan asosiasi yang rumit berdasarkan pada similaritas/kesamaan, kontak/hubungan, dan hubungan-hubungan asosiasi dengan meyebutan satu kata.

Teori Medan Makna dari J.Trier
Salah satu patokan utama linguitik abad dua puluh ini ialah asumsi bahwa bahasa tersendiri dari sistem atau rangkaian subsistem  yang berhubungan. Oleh karena itu, analisis bahasa dipecah-pecah atas subsistem fonologi, morfologi, sistaksis, dan semantik. Hubungan antarunsur dalam subsistem-subsistem itu menentukan nilai dan fungsi masing-masing unsur. J .Trier melukiskan vokabulari sebuah bahasa tersusun rapi dalam medan-medan dan dalam medan itu setiap unsur yang berbeda didefinisikan dan diberi batas yang jelas sehingga tidak ada timpang tindih antarsesama makna. Ia mengatakan bahwa medan itu tersusun sebagai satu mosaik dan setiap makna itu akan selalu tercocokkan antarsesama medan sehingga membentuk  satu keutuhan bahasa yang tidak mengenal tumpang tindih

Contoh :
                     Pandai
Cerdik                                  bijak
Terpelajar                 berpengalaman
Terdidik                   cendekiawan

Sebenarnya medan makna ini bertentangan dengan pendekatan medan asosiatif makna. Medan asosiatif makna menuntut asosiasi antara  kata yang menjadi pusat dan beberapa kemungkinan kolokasinya. Misalnya dengan menyebutkan kata “hitam” seorang akan mengasosiasikannya dengan “putih, negro, kotor, manis, keriting” dan sebagainya. Pendekatan medan makna memandang bahasa sebagai satu keseluruhan yang tertata dan dapat dipenggal atas bagian-bagian yang saling berhubungan secara teratur, ahwa pendekatan asosiatif dalam  medan makna bergerak dari atas ke bawah. Pendekatan medan makna yang dikemumukan oleh J.Trier ini telah mendapatkan beberapa kecaman dan hambatan, namun kepeloporannya telah memberikan beberapa pendekatan yang lebih luwes terhadap medan makna tersebut. Bagaimana pun juga, setiap kata dapat dikelompokkan sesuai dengan medan maknanya, akan tetapi, perlu diketahui pula bahwa pembedaan medan makna tidak sama untuk setiap bahasa. Misalnya bahasa Indonesia membedakan medan makna melihat atas : melirik, mengintip, memandang, meninjau, menatap, melotot, dan sebagainya. Pendekatan yang luwes yang dikemumukan oleh G. Matore dari perancis dengan pendekatan yang bersifat sosiologis. Medan makna dapat dilakukan pada kelompok makna tentang tingkat yang mempunyai batas yang melekat, nasabah keluarga, tata warga. Pedekatan asosiatif berguna dalam penelitian psikolonguistik. Sedangkan pendekatan medan makna yang sesuai dengan masing-masing bidang berguna untuk studi untuk studi sosiolinguistik.

Medan Makna dan Tesaurus
Nama Peter Mark Roget telah diabadikan dalam sebuah jenis kamus dengan Thesaurus. Secara internasional kita mengenal Roget’s International Thesaurus tentang bahasa inggris. Karya besar ini dipelopori dan di mantapkan oleh seorang sarjana besar Peter Mark Roget (18 Januari 1779-12 september 1869) maka pada 1848 ia memulai menyiapkan satu kata catalog yang berisikan lingkup makna dan antarhubungan  makna. Yang menarik perhatian kita tentang thesaurus ini ialah penyusunannya berdasarkan hubunga ide/pikiran. Sebuah kata dapat menimbulkan beberapa kemungkinan hubungan makna. Pengkelompokkan ide ini sesuai pula  berkata dan frase dengan kata-kata mutakhir, kamus ini telah mengkategorikan ide-ide dalam 1042 kelompok.
2.3 Kesesuaian Semantis dan Gramatis
Seorang bahasawan atau penutur suatu bahasa dapat memahami dan menggunakan bahasanya bukanlah karena dia menguasai semua kalimat yang ada dalam bahasanya itu, melainkan karena adanya kesesuaian ciri-ciri semantik antara unsur leksikal yang satu dengan unsur leksikal lainnya.
Contoh: katak, wanita dan mengnadung mempunyai kesesuaian cirri semantik. Tetapi antara jejaka dan mengandung tidak ada kesesuaian ciri. Karena pada kata wanita ada kesesuaian ciri (+ mengandung) sedangkan pada kata jejaka ada cirri (+ non mengandung).
Ciri
Wanita
Jejaka
Insane
Mengandung
+
+
+
_

Kesesuaian ciri berlaku bukan hanya pada unsur-unsur leksikal saja, tetapi juga berlaku antara unsur leksikal dan gramatikal. Contohnya: kata seekor hanya sesuai dengan kata ayam, tetapi tidak sesuai dengan kata ayam-ayam, yaitu bentuk reduplikasi dari kata ayam.
Kata seekor sesuai dengan kata ayam, karena keduanya mengandung cirri (+tunggal), sebaliknya kata seeok tidak sesuia dengan kata ayam-ayam karena seeokr berciri makana (+ tunggal) sedangkan ayam-ayamayam berciri makna (-tunggal)
Ciri
Seekor
Ayam
ayam-ayam
tunggal
+
+
_

Kata seekor dan guru juga tidak mempunyai kesesuaian karena kata guru berciri makna (+manusia) sedangkan kata seekor (-manusia). Kata seekor hanya sesuai dengan kata yang berciri (-manusia), misalnya ayam dan kambing,. Kata ayam pun tidak sesuai dengan kata seorang karena kata seorang berciri (+manisia).
Ciri
guru
Seekor
ayam
seorang
manusia
+
-
-
+

Adanya kesesuaian unsure-unsur leksikal dan integrasinya dengan unrur gramatikal sudah banyak diteliti orang sejalan dengan pesatnya penelitian di bidang semantic sejak tahun 60-an. Pada ahli tata bahasa generatif seperti Chfe (1970) dan Fillmore (1971) berpendapat bahwa setiap unsure leksiakal mengandung ketentuan ketentuan penggunaannya yang sudah terfatori yang bersifat grametikal dan bersifat semantik. Ketentuan-ketentuan gramatikal memberikan kondisi-kondisi gramtikal yang berlaku jika suatu unsur gramatikal yang hendak digunakan. Contohnya, kata kerja “ makan”  dalam penggunaannya memerlukan adanya sebuah subjek dan sebuah objek (walaupun di sini objek bisa dihilangkan)


BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Komponen makna ialah makna yang dimiliki setiap kata yang terdiri atas sejumlah komponen yang berbentuk keseluruhan makana kata itu.  Kesesuaian semantik dan gramatis seorang penutur suatu bahasa dapat memahami dan menggunakan bahasanya bukanlah karena dia menguasi sebuah kalimat yang ada dalam bahsanya itu, melainkan karna adanya unsur kesesuaian atau kecocokan ciri-ciri semantik dengan unsur leksikal yang satu dengan unsur leksikal lainnya.
Sebuah kata dapat menimbulkan beberapa kemungkinan hubungan makna. Pengkelompokkan ide ini sesuai pula  berkata dan frase dengan kata-kata mutakhir, kamus ini telah mengkategorikan ide-ide dalam 1042 kelompok.
Seorang bahasawan atau penutur suatu bahasa dapat memahami dan menggunakan bahasanya bukanlah karena dia menguasai semua kalimat yang ada dalam bahsanya itu, melainkan karena adanya kesesuaian ciri-ciri semantik antara unsur leksikal yang satu dengan unsur leksikal lainnya.


Daftar Pustaka
Google.com (Diakses pada 28 Februari 2016)

Ruriana, Puspa. 2011. METODE ANALISIS KOMPONEN MAKNA. Tersedia:  https://pusatbahasaalazhar.wordpress.com/hakikat-hakiki-kemerdekaan/metode-analisis-komponen-makna/ (diakses pada 28 Februari 2016)

Fachri, Muhammad. 2012. MEDAN MAKNA DAN KOMPONEN MAKNA. Tersedia:  http://regulerekstensib2011.blogspot.co.id/2012/12/v-behaviorurldefaultvmlo_3.html (diakses Pada 28 Februari 2016)

Parera, J.D. 1990. Teori Semantik. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Wijana, I Dewa Putu., Muhammad Rohmadi. 2008. Semantik Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages