Sejarah Kapal Pinisi dalam Perayaan Maulid Nabi di Kampung Bugis Serangan - Mininewspaper

Breaking News

Home Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Jumat, 13 Desember 2019

Sejarah Kapal Pinisi dalam Perayaan Maulid Nabi di Kampung Bugis Serangan

replika Kapal Pinisi yang kini tidak dapat digunakan lagi dalam perayaan Maulid Nabi di Kampung Bugis Serangan, Denpasar, Bali, Sabtu (9/11/2019)

Setiap daerah memiliki ragam tradisinya tersendiri dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Ada tradisi Grebeg Maulud di Yogyakarta, tradisi Dulangan di Lombok, Festival Endhog-Endogan di Banyuwangi, hingga Kirab Rebana dan Kapal Pinisi di Serangan, Bali.

Kirab Rebana dan Kapal Pinisi oleh masyarakat Kampung Bugis di Serangan, Bali ini sudah dilaksakan turun-temurun.

Takmir Masjid As-Syuhada Kampung Bugis, Syukur menceritakan bahwa tradisi kirap rebana dan menggunakan replika Kapal Pinisi sudah dilakukan sejak tahun 90-an.

Bukan tanpa alasan, Suku Bugis di Kampung Bugis identik dengan pelaut maka dari itu digunakan replika Kapal Pinisi.

"Perayaan Maulid Nabi Kampung Bugis di sini yang biasa kita lakukan dengan kirab rebana dan replika Kapal Penisi yang identik dengan suku Bugis untuk menyemangati hidup kita sebagai pelaut," jelasnya, Sabtu (9/11/2019).

Kirab Kapal Pinisi ini digunakan sebagai tradisi Maulid Nabi di Kampung Bugis Serangan oleh sesepuhnya, alm. Abdurrahman.

Yang biasa dibuat dari kayu mahoni atau kayu jati.

"Intinya dalam perayaan ini untuk mengenang kelahiran Nabi dan sudah diberikan keberkahan sebagai nelayan. Jadi itulah sesepuh kita membuat perahu ini sebagai simbol syukur kita kepada Allah SWT," paparnya.

Setiap tahunnya, kirab replika Kapal Pinisi tidak pernah luput dari perayaan Maulid Nabi oleh warga suku Bugis di Kampung Bugis.

Kapal Pinisi dihias dengan telur dan sinto atau bunga hiasan yang kemudian diarak berkeliling kampung disertai dengan rebana dan diiringi dengan sholawat Nabi.

Namun, perayaan Maulid Nabi tahun ini berbeda, setelah 6 tahun, replika Kapal Pinisi yang terbuat dari kayu tidak lagi bisa digunakan karena mengalami kerusakan.

Namun, simbol kebanggan para pelaut suku Bugis ini sementara diganti dengan replika Kapal Pinisi dari pohon pisang.

"Nanti akan dibuatkan lagi yang baru Kapal Pinisi dari kayu. Agar perayaan tetap ada simbol perahu. Sebagai warga Bugis belum lengkap rasanya kalau perayaan Maulid Nabi tidak ada Kapal Pinisi," tambahnya.

Syuku mempertegas bahwa pihaknya tidak akan meninggalkan kearifan lokal suku Bugis dalam merayakan hari keagamaan, salah satunya Kapal Pinisi.

"Kita tidak akan meninggalkan kearifan lokal dan kita tetap akan melakukan itu. Kita akan terus melestarikan peninggalan sejarah dan tradisi suku Bugis," tutupnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages