Waktu
menunjukkan pukul 17.00 Wita, Wayan Murja (58) masih setia duduk di depan kios
dagangannya di Pantai Sanur pada Rabu (12/12). Dari dagangan inilah, pria asal
Sanur ini bisa menyekolahkan dua anaknya hingga ke perguruan tinggi.
Berdagang
adalah mata pencaharian utama. Ia berjualan di kawasan wisata Pantai Sanur
sejak 15 tahun lalu. Sebelum berjualan baju pantai dan kerajinan khas Bali.
Ia
mulai dengan berjualan patung dari kayu maupun dari batu dan bertahan sekitar 10
tahun. Diakuinya pembeli lebih banyak wisatawan internasional dari pada
wisatawan lokal. Modal awal ia berjualan patung sekitar Rp 80 ribu atau
sekarang sama dengan Rp 80 juta.
Namun,
jualan menjadi sepi ketika ada peraturan baru yang tidak memperbolehkan para
wisatawan internasional membawa pulang cinderamata berupa patung ke negara
asalnya.
Sedikit demi sedikit ia mulai membanting setir berjualan baju pantai
dan kerajinan khas Bali.
Ia
mengaku penghasilan penjualan baju pantai dan kerajinan khas Bali lebih banyak
dibandingkan saat ia berjualan patung. Jika ramai, per hari ia mendapatkan
untung Rp 500 ribu hingga Rp 1,5 juta. Sedangkan jika sepi ia hanya dapat Rp 50
ribu hingga Rp 200 ribu.
Anak
pertama Wayan Murja berumur 24 tahun dan baru lulus kuliah di sekolah
pariwisata setahun yang lalu. Sedangkan anak keduanya berumur 20 tahun yang
masih duduk di bangku kuliah jurusan ekonomi di Undiknas.
Sehari-harinya,
Wayan Murja dibantu istrinya. Diakuinya kedua anaknya tidak pernah membantu ia
berjualan.
“Saya tidak pernah memaksa anak-anak saya untuk membantu berjualan.
Kalau nanti mereka membantu saya berjualan malah takutnya mengganggu
sekolahnya,” ungkapnya sembari melayani pembeli.
Selain
mensekolahkan anaknya, dari hasil jualan ini untung yang didapat selama
berjualan ia gunakan membangun rumah kos sebanyak 10 kamar sebagai penghasilan
tambahan. (anw)
Rumah
Kos jadi Sumber Pendapatan Kedua
Dagang
aksesoris bukan satu-satunya sumber pendapatan Wayan Murja (58). Ia memiliki
rumah kos sebanyak 10 kamar sebagai sumber penghasilan kedua.
Murja
memiliki 10 kamar kos berukuran 3x4 meter termasuk kamar mandi dalam. Tarif
yang ia patok untuk 1 kamar kos Rp 500 ribu/bulan. Omzet dari usaha kamar per
bulan Rp 5 juta.
“Kalau untuk kebutuhan sehari-hari dengan penghasilan segitu
ya cukup. Tapi kalau ada kebutuhan mendadak seperti bayar kuliah ya terpaksa
pinjam dahulu ke LPD,” ungkapnya sembari melayani membeli.
Dari
kos-kosan ini dia juga memiliki 3 motor. “Saya 1 motor dan sisanya untuk istri
sama anak,” jelasnya.
Selain
ngurusin kos, waktunya lebih banyak dihabiskan untuk urusan toko. Dia membuka
toko mulai pukul 08.00–19.00 Wita. Biaya sewa toko adalah dengan model
pembayaran odalan. “Bayar Rp 5 juta enam bulan sekali, kalau kurang ditutupi dengan pembayaran di hari berikutnya, Rp 5 juta ini untuk biaya odalan,” jelasnya menjawab pertanyaan soal system pembayaran kios.
Selain membayar lima bulanan, setiap bulan dia juga membayar uang kebersihan Rp 20 ribu sebulan.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar