VIEBEKE LENGKONG
BALI - Menjadi aktivis lingkungan dan
sosial yang membawa perubahan tentunya tidaklah mudah.
Apalagi jika ia adalah seorang
perempuan, stigma negatif yang diberikan kepada perempuan sebagai makhluk lemah
atau pendapatnya yang selalu dikesampingkan.
Viebeke Lengkong, wanita paruh baya
yang juga seorang aktivis lingkungan dan sosial di Bali yang membuktikan bahwa
suara perempuan juga membawa perubahan.
Ia pernah mengenyam
pendidikan di SD Timur, Malang, SMP PSKD Jakarta, SMA Farmasi Tunas Bangsa,
Jakarta, Academy Lelang Of Eccomerse Inggris & Swisterland, dan
menyelesaikan S2 nya di New York.
Viebeke, sapaan akrabnya mengaku
tidak ada motivasi atau alasan khusus menjadi aktivis lingkungan dan sosial, Viebeke
hanya mengaku dari kecil terbiasa ikut eyang dan ayahnya dalam kegiatan sosial.
Ia yang sempat tinggal di Surabaya
pada usia 5 tahun, ia yang berasal dari keluarga berada tinggal di sebuah rumah
mewah.
"Di belakang rumah saya waktu
itu terdapat perumahan kumuh. Saya dengan baby sister sering bermain di rumah
kumuh. Saya datangi anak-anak seusia saya di sana, saya berikan tebak-tebakan 1
tambah satu kepada mereka. Kemudian kalau menjawab benar saya berikan permen.
Saat itu saya sudah berfikir kok bisa ya mereka hidup seperti itu, apa sebabnya
dan lain sebagainya," ucapnya.
Perbedaan kehidupan yang membuatnya
lebih nyaman berkumpul dengan anak-anak pinggir dari pada anak-anak yang sama
dari kalangannya.
Saat ia dewasa, pada tahun 1960-an, Viebeke
ikut turun membantu warga yang terdampak wabah kelaparan akibat letusan Gunung
Agung.
Selain itu, pada tahun 2003, ia
melayani sebanyak 33 ribu anak di 180 desa untuk bantuan bidang pendidikan di
Karangasem dan wilayah lainnya.
Ia melayani anak-anak niminal 2
tahun untuk 1 sekolah di setiap daerah. Diantaranya yakni SD 3 Tianyar
Barat, SD 6 Tianyar Barat, dan SD 2 Tianyar Tengah.
"Saya masuk di sekolah-sekolah
miskin. Di sana saya lihat kalau pakaian mereka compang-camping berarti termasuk
dalam komunitas miskin. Saya berembuk dengan kepala desa dan para guru.
Kemudian kita berikan bantuan perlengkapan sekolah, kita renovasi dan benahi
sekolahnya," ungkapnya.
Viebeke sendiri pernah menjabat
sebagai Konsulat Jenderal Indonesia untuk New York.
Dan saat ini memiliki dan sebagai
pendiri sebuah yayasan bernama Yayasan Bali Angel (I’m and Angel) dalam bidang social
dan juga aktif sebagai aktivis lingkungan.
Dikenal Sebagai Aktivis Galak Dan
Mencak-Mencak, Viebeke Bersyukur Pendapatnya Didengar
Saat ia menyampaikan pendapatnya
dalam diskusi, tak jarang pendapatnya ditolak dan tidak diterima.
Bahkan, Viebeke dijuluki sebagai
aktivis galak dan selalu mencak-mencak karena nada dan gaya bicara saat
menyampaikan pendapat.
"Saya galak karena saya benar.
Apalagi orang di pemerintahan sukar sekali menerima pendapat karena mereka
merasa berkuasa," terangnya.
Viebeke merasa gusar, marah, gundah,
dan jengah pada pemerintah ataupun instansi yang mengundangnya jika pembahasan
tentang isu lingkungan yang disampaikan hanya data angka yang menurutnya tidak
pernah akurat.
"Contohnya pembahasan tentang
krisis air di Bali. Pemerintah tidak pernah mengakui kalau Bali sedang krisis
air. Sedangkan program seperti dam mereka buat karena menanggapi isu krisis
air. Itu membuat saya jengah. Itu yang membuat kualitas masyarakat kita tidak
naik-naik," tambahnya.
Lebih lanjut, pemerintah dirasa
selalu menganggap remeh pendapat masyarakat yang membuatnya bernada tinggi saat
menyampaikan pendapat.
"Saya bersyukur bahwa diberikan
kesempatan untuk menjelajahi dunia. Saya diberkati dengan rasa penasaran tinggi
dan selalu ingin tahu. Saya juga terenyuh ditokohkan di Kuta, Legian, dan
Seminyak,"
"Saya selalu diberikan support,
kalau ada apapun saya dijadikan garda terdepan. Meskipun saya seorang perempuan
dan tak jarang ada intimidasi, tetapi pendapat saya selalu didengarkan,"
tambahnya
Selain lingkungan dan sosial bidang
pendidikan, pada tahun 2019 ini ia akan memfokuskan diri memperjuangkan kaum
disabilitas dengan bekerja sama dengan Yayasan Sari Hati, Ubud.
Disela-sela menjadi seorang aktivis
lingkungan dan sosial, Viebeke bersama kedua anaknya mengelola vila dan cafe di
Kerobokan, Badung.
Dari tangannya,Viebeke dibantu
dengan seorang asisten rumah tangganya membuat sendiri roti-roti yang dijual
cafe miliknya, salah satunya di Bucu Cafe.
Mulai dari brownis, panini, english
muffin, sourdough, white bread, brioche, cinamon roll, dan masih banyak lagi.
BIODATA
Nama lengkap : Viebeke Lengkong
TTL : Jakarta
Riwayat pendidikan :
1. SD Sang Timur, Malang
2. SMP PSKD Jakarta
3. SMA Farmasi Tunas Bangsa, Jakarta
4. Acamedy lelang of ecomerse
Inggris & Swisterland,
5. S2 New York
Riwayat pekerjaan :
1. America trade sales. Inc new york
2. Konsulat Jenderal Indonesia untuk
New York
3. Desain, building, perhotelan
jakarta, pengusaha, pemerhati sosial & lingkungan
Pengalaman organisasi :
1. Parum samigita, seminyak legian
kuta
2. Yayasan bali angel (I'm and
angel)


Tidak ada komentar:
Posting Komentar