Pendekatan Terhadap Cipta Sastra (Makalah) - Mininewspaper

Breaking News

Home Top Ad

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Sabtu, 23 April 2016

Pendekatan Terhadap Cipta Sastra (Makalah)



KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat dan bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Makalah ini merupakan hasil dari tugas kelompok bagi para mahasiswa, untuk belajar dan mempelajari lebih lanjut tentang Prosa Fiksi. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menumbuhkan proses belajar mandiri kepada mahasiswa, agar kreativitas dan penguasaan materi kuliah dapat optimal sesuai dengan yang diharapkan.

Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam mengetahui tentang beberapa pendekatan terhadap cipta sastra.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam belajar untuk meraih prestasi yang gemilang. Kritik dan saran dari dosen pengampu mata kuliah dan juga teman-teman sangat kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan dalam belajar pada masa mendatang.


Singaraja , 15 Oktober 2015


Penyusun
 
 



DAFTAR ISI


JUDUL ....................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………..  ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………...   iii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang …………………………………………………………………………...   1
1.2. Rumusan Masalah ………………………………………………………………………...  1
1.3. Tujuan …………………………………………………………………………………….  1
BAB II : PEMBAHASAN
2.1 Unsur-Unsur pendekatan terhadap cipta sastra…………………………………………….  2
BAB III : PENUTUP
3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………………. 4
DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Selama abad ke 19, praktek sastra dikuasai oleh kaum Romantik dan Ekspresionisme, yang mana perhatian utamanya terfokus pada pengarang sebagai penghasil sastra. Sejak abad ke 20 dengan munculnya kaum formalis di Rusia, disusul kemudian oleh kaum strukturalisme di Praha, dan dikukuhkan oleh kaum New Critism di Amerika, maka ilmu sastra memasuki babak baru, yakni otonomi sastra.
Kendatipun otonomi sastra telah berhasil menggeser kpnsep kaum Romantik dan ekspresionis, ternyata belum mampu menyajikan seluruh harapannya. Akhirnya otonomi sastra bergerak ke arah pembaca yang diberikan kebebasan relatif sampai dengan kebebasan absolut untuk mengkontruksi bahkan mendekontruksi teks sastra. Ini berarti teks sastra tidak lagi diklaim sebagai wilayah otonomi sastra yang mampu memenuhi dirinya sendiri. Pada tahun-tahunberikutnya bermunculan klaim-klaim baru. Sebagai akibatnya muncul berbagai pendekatan terhadap hasil cipta sastra.

1.2 Rumusan Masalah
- Apa saja unsur-unsur pendekatan terhadap cipta sastra ?
-

1.3 Tujuan
- untuk mengetahui unsur-unsur terhadap pendekatan cipta sastra



BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Unsur-unsur Pendekatan Terhadap Cipta Sastra
Hasil cipta sastra sebagai peristiwa seni yang kreatif dapat memancarkan rasa estetis mengingat karya sastra iyu dibangun oleh unsur-unsurnya dan saran-sarana sastra lainnya. Unsur-unsur membangun karya sastra dari luar disebut unsur instrinsik dari dalam disebut unsur instrinsik. Sarana-sarana cipta sastra ada tiga yaitu:
  1. Unsur Intelektual
Cipta sastra menyuguhkan kepada pembaca atau pendengar berbagai permasalahan yang dihadapi manusia dengan segala suka duka. Selain itu karya cipta sastra disadari atau tidak akan dapat menambah sepengetahuannya tentang manusia dan krmanusiaan itu sendiri. Ini berarti kesusastraan mengajak kita memasuki kehidupan yang lebih mendalam, merenungi dan memecahkan persoalan kehidupan manusia yang mungkintidakdapat dikaji dari sudut ilmu pengetahuan yang ada. Dengan kata lain unsur intelektual ini merupakan hasil buah pikiran dan renungan yanh diungkapkan pengarang lewat karyanya sebagai hasil tanggapannya atas kepekaannya terhadap berbagai masalah hidup yang dicermatinya.
  1. Unsur imajinasi
Imajinasi mempunyai pengertian gambaran pikiran pengarang atau interprestasi pengarang terhadap sebuah objek yang dapay dilihat, diraba, dicium, didengar, dihayati maupun sesuatu yang dipikirkannya. Imajinasi itu adalah daya bayang atau gambaran pikiran pengarang dalam menginterprestasi hal-hal yang dikemukakan melalui hasil ciptaannya. Oleh karena itu karya sastra besifat imajinatif tidak harus dicocockkan dengan kenyataan, walaupun tidak harus irrasional.
  1. Unsur Emosional
Karya sastra bukan saja merupakan pengalaman, tetapi di dalamnya tersirat tanggapan-tanngapan pengarangnya. Selain itu, karya sastra sebagai hasil cipta seni dengan caranya sendiri, sanggup mengajak pembaca dan pendengarnya mengalami apa ang dirasakan atai dipikirkan pengarangnya.

Tiga unsur tersebut dijalin sedemikian rupa oleh pengarang, sehingga terwujudlah karya sastra. Dalam teori sastra, teks sastra tidak pernah menduduki posisi yang dan pasto sepanjang zaman. Hal ini disebabkan cipta sastra dalam sejarah perkembangannya selalu berubah-ubah. Ketidakmapanan teks sastra itu disebabkan oleh cara pandang dan interprestasi pengarang terhadap hidup kehidupan manusia berbeda-beda. Oleh karena itu identitas cipta sangat sulit diketahui secara pasti.

Selama abad ke 19, ketika praktek sastra dikuasai oleh kaum romantik dan ekspresionis, perhatian utama dari teori sastra dan study tentang sastra terfokus kepada pengarang selaku penghasil cipta sastra. Namun yang menjadi tolok ukur penilaian dan interprestasi cipta sastra adalah persoalan orisionalitas, kreatifitas, dan individualitas pengarang bukan terhadap cipta sastra sebagai teks. Jadi teks sastra tidak dianggap penting karena yang terpenting dan harus diutamakan adalah pengarang sendiri. Dalam hal ini, pengarang sebagai pribadi, jiwanya, daya ciptanya, intensitasnya, kreativitasnya dan imajinasinya. ( Gunatama, 2004:47)

Selanjutnya, pada abad 20 teks sastra yang semula diabaikan oleh kaum romantik dan kaum ekspresionisme, pada akhirnya mendapat posisi dan perhatian sewajarnya. Walaupun ada keyakinan bahwa otonomi sastra telah berhasil menggeser pemikiran kaum romantik dan ekspresionis, namun pada masa-masa selanutnya muncul kesadaran, ternyata bahasa sastra tidak mampu menyajikan seluruh harapan, pengalaman, kekecewaan manusia. Dengan demikian, orientasi pemikiran teori sastra bergerak dark otonom sastra ke arah pembaca yang diberikan kebebasan relatif sampai absolut untuk merekontruksi bahkan mendekontruksi teks sastra. Berikut dikemukakan beberapa tentang pendekata terhadap cipta sastra khususnya prosa fiksi. Pendekatan terhadap cipta sastra prosa fiksi yang diuraikan adalah intisarinya saja, berikut uraiannya :
1.    Teori romantik dan ekspresionis
Kedua teori ini mengutarakan pengarang sebagai penghasil cipta sastra, bukan hasil cipta sastranya. Jadi, yang menjadi tolak ukur ukur dan penilainan dan interprestasi karya sastra adalah persoalan orisinalitas, kreatuvitas, dan individualitas, bukan karya sastra sebagai teks
2.    Teori ekspresifisme
Teori ekspresifisme muncul bersamaan dengan perubahan perubahan sosial dan filsafat, yabg nenempatkan manusi sebagai makhluk otonom. Teori ini sering disebut pendekatan biografis. Sebab, tugas utama sebagai penelaah sastra adalah menginterpreatasikan dokumen, surat, laporan,  ingatan, saksi mata ataupun pernyataan pernyataan otobiografis pengarang.

BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Hasil cipta sastra sebagai peristiwa seni akan dapat memancarka rasa estetis, jika karya tersebut telah dibangun oleh unsur instrinsik dan ekstrinsik. Dalam pihak, sebuah karya sastra baru bias disebut bernilai, apabila unsur-unsur pembentukannya tercermin dalam trukturnya (intelektual. Imajinatif, dan emosional). Dalam teori sastra teks sastra tidak pernah menduduki posisi yang mapan dan pasti sepanjang jaman karena sastra selalu berubah-ubah. Walaupun keyakinan otonomi, otonomi sastra telah berhasil menggeser teori sastra abad ke-19 akan tetapi muncul kesadaran baru bahwa ternyata bahasa sastra tidak mampu menyajikan seluruh harapan, pengalaman, dan kekecewaan manusia, pada akhirnya otonomi sastra bergerak ke arah pembaca yang diberikan kebebasan relative maupun absolut untuk merekontruksi, bahkan pendekontruksi teks. Sarana pendekatan cipta sastra ada tiga yaitu unsur intelektual, unsur imajinasi, unsur emosional.


DAFTAR PUSTAKA

Sutresna. 2006. Prosa Fiksi. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages