PENJELASAN
UMUM
Denpasar Festival atau
biasa disebut Denfest merupakan even akbar di penghujung tahun Kota Denpasar.
Denpasar Festival
sebagai salah satu ruang unggulan dalam hal pemanggungan kreativitas,
sesungguhnya memosisikan kemakmuran, kecerdasan dan kebahagiaan masyarakatnya
sedari awal.
Denpasar Festival
merespon perkembangan sebuah kota yang ulet merawat pusaka budaya, merangsang
kekinian kreativitas dan mendorong inovasi masa depan setiap tahunnya.
Denpasar Festival
selalu digelar pada akhir tahun yaitu pada tanggal 28-31 Desember.
Ragam ekpresi seni
budaya, baik yang bernuansa tradisional, modern maupun evant-garde ini,
setidaknya dipilih dan dipersiapkan memenuhi 6 aspek yang meliputi: display
(showcasing), menjual (selling), menginspirasi (inspiring), mentransformasi
(transforming), menghibur (entertaining), dan mendidik (educating).
SEJARAH
Denpasar Festival
(Denfest) pada awal mulanya bernama Gajah Mada Town Festival yang digelar
pertama kali pada tahun 2008.
Yang berlokasi di Jalan
Gajah Mada, Denpasar.
Gajah Mada Town
Festival saat itu digelar dengan tujuan untuk menghidupkan nuansa heritage
Jalan Gajah Mada, Denpasar sebagai pusat perekonomian.
Seiring berjalannya
waktu, Gajah Mada Town Festival mendapat apresiasi dari masyarakat yang membuat
pemerintah ingin mengembangkan ke arah yang lebih luas lagi dengan nuansa
mencakup seluruh aktivitas masyarakat Kota Denpasar.
Sehingga, pada
pelaksaan tahun kedua pada 2009 diresmikan menjadi Denpasar Festival (Denfest).
Untuk mengapresiasi
masukan dari masyarakat, Pemerintah Kota Denpasar kemudian merubah lokasi dan
zona pelaksaan even akbar ini yang mulanya berlokasi di Jalan Gajah mada lalu
dipusatkan di titik nol kilometer Kota Denpasar yaitu di seputaran Patung Catur
Muka.
INISIATOR
Denpasar Festival
diinisiatori oleh Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga biasa dipanggil Puspayoga.
Puspayoga
sendiri saat itu menjabat sebagai Walikota Denpasar periode 2000-2005
dan 2005-2008.
Dan dikembangkan ke arah yang lebih besar yang dirancang oleh Ida
Bagus Rai Dharmawijaya Mantra
atau Rai Mantra.
Yang menjabat sebagai Walikota Denpasar selama dua periode yaitu
periode 2010–2015,
dan 2016-2020.
TEMA
DAN MAKNA DENFEST DARI TAHUN KE TAHUN
- 2008 Gajah Mada Town Festival ‘Inspirational Memories’
- 2009 berubah menjadi Denfest mengangkat tema ‘Embracing Tommorow’ atau Menyongsong Masa Depan Gemilang
Dimaknai
sebagai keberanian dan ketegasan sikap dalam menyongsong masa depan yang
bermuara dari pergerakan dinamis dan apresiasi yang komprehensif akan khazanah
kemasyarakatan dan segenap potensi kebudayaan dan kreatifitas yang tumbuh dan
berkembang di lingkup kota Denpasar.
- 2010 ‘Buana Citra Kara’ atau Ranah Bertabur Kreasi dan Prestasi
‘Buana
Citra Kara’ dapat dimaknai lebih lanjut sebagai upaya untuk merealisasikan
keberanian dan ketegasan sikap semua komponen kota Denpasar yang pernah
dideklarasikan pada perhelatan Denpasar Festival ke-2 tahun lalu dengan
mengususng tema ‘Embracing Tomorrow’ atau Menyongsong Masa Depan Gemilang.
Yang
bermuara dari pergerakan dinamis dan apresiasi yang komperehensif akan khazanah
nilai-nilai luhur kemasyarakatan serta ekpresi dan apresiasi dari segenap
potensi kebudayaan dan kreativitas yang tumbuh kembang di Kota Denpasar
- 2011 Baris: Refleksi Semangat Heroisme Kota
Dimaknai sebagai pembentukan
karakter kota dan manusianya yang jujur, cerdas, tangguh dan peduli yang bila
dikejawantahan lebih mendalam lekat dengan semangat heroisme ikon Baris, yang
telah secara tepat diusung sebagai city branding Kota Denpasar.
Tari Baris sebagai salah satu tarian
ritual yang sangat penting di Bali bersumber dari kata babarisan, yang berarti
barisan atau formasi.
Baris pun merepresentasi nilai
kepeloporan, dan keluhuran yang dalam hal ini akan menjadi inspirasi bagi
penciptaan dan pengkajian berbagai ragam kreativitas yang bisa ditampilkan
dalam Denpasar Festival 2011.
- 2012 “ Kreta Angga Wihita” yang berarti Kotaku Rumahku
Yang
mengandung makna kota ini adalah milik semua masyarakat.
Masyarakat
dari manapun etnis maupun latar belakangnya wajib menjaga dan memeliharanya
layaknya menjaga rumah sendiri.
- 2013 "Creative In Motion"
Denfest
kali ini lebih menonjolkan karakteristik masyarakat denpasar yang kuat,
khususnya keragaman potensi kreativitas masyarakat, kemampuan beradaptasi
dengan perubahan jaman dengan mengkombinasikan nilai-nilai lokal, nasional dan
universal, potensi seni budaya yang khas dan beragam serta pembangunan ekonomi
berkelanjutan.
- 2014 ‘Dharma Cipta Mahabudaya’
Pelaksanaan
Denfest dengan tema ‘Dharma Cipta Mahabudaya’ lebih mengedepankan dan
menonjolkan dari sisi ART, MART dan SMART.
Juga
diisi dengan refleksi Seabad Gong Kebyar yang dipusatkan di Lapangan Puputan
Badung I Gusti Ngurah Made Agung. Dalam peringatan Se-Abad Gong Kebyar ini akan
ditampilkan kreativitas Gong Kebyar dan penampilan karya cipta tabuh gong
kebyar yang pertama kali diciptakan oleh tokoh seniman karawitan di Kota
Denpasar.
Sekaligus
mengisahkan perkembangan dan perjalanan Kebyar di atas panggung dunia,
sekaligus mengurai kontribusi Denpasar dalam spektrum kreatifitas kebyar
kebudayaan Bali.
- 2015 'Demi Denpasar'
Tema
tersebut mengandung makna era yang penuh sumbangsih untuk kepentingan Denpasar.
Serta
peran timbal balik antara pemerintah dan masyarakat yang berkelanjutan demi
kecemerlangan dan kesejahteraan Denpasar yang multidimensi.
Hal
ini tidak terbatas pada indeks pendapatan domestik bruto per kapita, namun juga
termasuk indek kebahagian (happiness) yang berkelanjutan.
Untuk
itu dorongan meningkatkan pelibatan dan peran timbal balik antara pemerintan
dan masyarakat luas terus dilaksanakan dalam menampilkan pilar-pilar kreatif
Denpasar yang dibingkai dengan tema "Demi Denpasar".
- 2016 "Padmaksara"
Tema
tersebut mengandung arti delapan langkah menuju pembangunan
Kota Denpasar yang lebih berkualitas, yaitu menuju Kota Cerdas,
menuju Kota Kompeten; penegakan supremasi hukum dalam tata kelola pemerintahan,
menuju Heritage City; peningkatan kesejahteraan, pembangunan
partisipasi masyarakat sebagai Agen Perubahan, pengembangan Ekonomi Kreatif
ditonjolkan sebagai strategi baru pembangunan kota Denpasar.
- 2017 "Rawat Pustaka, Cipta Inovasi"dengan subtema "Tresnaning Jagat Rahayu".
Makna
Tresnaning Jagad Rahayu jika dilihat dari situasi bencana erupsi Gunung Agung
yang masih berlangsung saat ini berarti bentuk kasih, kebersamaan, dan
kepedulian antar sesame berakar pada Tat Twam Asi yang saling hormat dan saling
hormat dan saling bantu dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari sebagai
sesama makhluk hidup.
- 2018 ‘Urban Playground’
berikan
nuansa edukasi serta pemahaman tentang permainan tradisional yang muaranya
adalah memberikan kebahagiaan bagi masyarakat. Pertunjukan ‘Den Pasar manglila
Cita’ sendiri mengandung makna Denpasar riang gembira dalam sajiannya juga
turut ditampilkan beragam permainan anak-anak yang menggembirakan. Seperti
halnya layang-layang, ogoh-ogoh, deduplak, tajog, mecag-cag, megoak-goakan,
barong kedingkling, serta masih banyak permainan lainya.
- 2019 ‘Jentera Kebahagiaan’
Jentera Kebahagiaan mencerminkan sebuah mandala kebahagiaan
yang bersumber dari pertalian dan perikatan yang kuat dan saling memperkaya
antara pribadi kerabat, keluarga dan komunitas dalam skala yang luas.
Denpasar adalah tenun kreativitas demi kebahagiaan baik
sebagai pendakian spiritual, penghidupan sehari-hari, ekspresi diri, perekat
kebersamaan dan latamohasadhi'obat' dalam mencapai keseimbangan dan kebahagiaan
lahir dan bathin.
Kebahagiaan merupakan atma yang selalu ada pada tiap
kehidupan manusia.
Seperti layaknya naik turun dinamika kehidupan, begitu juga
dengan kemilau yang terpancar.
Kesuksesan dan kegagalan memiliki sinaran pembelajarannya
masing-masing, disinilah semangat jentera satu sama lainnya saling bersinergi,
Berputar dan memutarkan setiap kendala mencerahkan solusi, setiap keberhasilan
memancarkan inovasi.
Denfest
diharapkan mampu merajut semua potensi Kota Denpasar yang mewujudkan
kebahagiaan di segala lini.
STAND
YANG WAJIB ADA
![]() |
| Stand Kuliner |
![]() |
| Stand Industri Kerajinan |
Dalam setiap
pelaksanaan Denpasar Festival (Denfest) terdapat stand yang wajib ada.
Adapun stand yang wajib
ada adalah stand kuliner heritage dan stand industri kreatif kerajinan.
100 buah stand kuliner
heritage dan 126 buah stand industri kreatif kerajinan.
Selebihnya diisi dengan
1 buah stand los untuk Bank Indonesia (BI), 1 stand los untuk Himpunan
Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Denpasar, 26 stand untuk Wirausaha Muda
Denpasar (WMD), dan 20 stand flora dan flori.






Tidak ada komentar:
Posting Komentar