Melihat kucing yang terawat, berbadan gembul, bersih tentu membuat
gemas orang yang melihatnya.
Namun, bagaimana jika melihat
kucing-kucing 'buangan' yang biasa ditemukan di jalanan, di tumpukan barang
atau di pasar dengan berbagai macam kondisi?
Iba atau justru jijik jika mulai didekati?
Cerita berbeda dibagikan seorang
penyelamat kucing terlantar di Denpasar, Bali.
Ia adalah Tuti Suprapti, perempuan
asal Banyuwangi.
Di ruangan berukuran 10x5 meter,
Tuti, sapaan akrabnya melakukan aktivitas seperti biasanya.
Memberi makan, membersihkan kotoran,
atau bermain-main dengan para anak kucing yang ia selamatkan.
Sebelumnya, Ia sempat berkeinginan untuk membuka
sebuah jasa penitipan kucing.
"Sebenarnya tidak ada niat
untuk menyelamtkan kucing. Dulu niatnya buka penitipan kucing. Tapi kok saya
lebih banyak menyelamatkan kucing dari pada penitipannya. Karena kalau saya
lihat di grup ada anak kucing terlantar ya saya ambil. Akhirnya banyak seperti
sekarang" ceritanya.
Melihat rintihan kucing terlantar di
jalanan dan di pasar membuatnya merasa iba dan menyelamatkan nasib kucing
tersebut.
"Saya menyelamatkan kucing
sekitar tahun 2012. Sudah hampir 6 tahun," tambahnya.
Tuti menceritakan, kucing yang ia
selamatkan berbagai macam keadaan.
Mulai dari kucing yang terkena
tumor, pincang karena kaki tertembak, kucing yang menderita skabies, kucing
dengan mulut dipenuhi belatung, kucing dengan berlubang karena busuk, dan masih
banyak lagi.
Namun, sebelum dijadikan sebagai
'anak asuh', Tuti mengajak kucing-kucing berobat terlebih dahulu.
Dan tentu Tuti harus merogoh kocek
dalam-dapam demi keselamatan para kucing terlantar.
"Biasanya dirawat terlebih
dahulu di dokter selama 2 minggu hingga 1 bulan. Kalau sudah sembuh baru
diserahkan ke saya. Ya ada perawatan yang sampai Rp 1,5 juta," ungkapnya.
Tuti tidak pernah mengandalkan
donasi untuk biaya perawatan kucing-kucing terlantar meski tidak sedikit
mengeluarkan biaya.
Ia menggunakan uang pribadi untuk
segala kebutuhan para anak kucing.
"Semua biaya perawatan itu
pribadi. Kalau ada orang yang ngasih saya monggo-monggo saja. Tetapi kalau
harus buka donasi saya tidak mau. Kalau buka donasi takutnya akan seenaknya
mengatur perawatan kucingnha. Karena saya bukan tempat penampungan,"
tegasnya.
Kini, Tuti telah memiliki 104 anak
kucing asuh yang ia rawat layaknya anaknya sendiri.
Dan ia juga selalu menganggap
dirinya adala 'ibu' dari para kucing terlantar tersebut.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar