Seratus Lima Kilometer
Suatu waktu
diantara hujan dan senja
Di dermaga,
aku duduk bersambung koma
Bibirku bungkam
dalam sebuah pertemuan
Gelisah aku
pasrah
Kutengok
kancing baju
Ada luka
menganga mengganggu
Mengapa senja
yang mengekalkan hati ?
Mengapa bukan
pagi yang mengawali hari ?
Sengaja
kusayat wajahku
Mengoyak
bekas luka tanpa makna
Aku masih
mampu mengisyaratkan bahwa senja adalah semua yang kuingat tentang air mata
Sebuah pertanyaan
abadi membawaku padamu ….
Kau lupa
siapa aku atau
Kau lupa
bagaimana aku ?
Seratus
Lima Kilometer, 23 Mei 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar